Perubahan iklim diprediksikan akan berlangsung dalam waktu yang lama. Meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer telah mendorong terjadinya efek gas rumah kaca sehingga suhu rata-rata bumi meningkat. Hal tersebut lebih lanjut berpengaruh terhadap berbagai parameter iklim termasuk perilaku angin dan penguapan air laut, sehingga pola sebaran temporal dan spasial, maupun intensitas curah hujan juga berpengaruh, yang terkadang perubahannya cukup tajam hingga ekstrim.
Perubahan iklim telah, sedang dan akan terjadi yang ditandai dengan perubahan pola musim, kemarau panjang, curah hujan yang tidak normal dengan frekuensi yang lebih sedikit tetapi dengan intensitas yang sangat tinggi. Perubahan ini mengakibatkan banjir dibeberapa wilayah dengan musim kemarau yang lebih kering dan lama. Beberapa lokasi di sekitar kita bahkan telah muncul berbagai penyakit seperti malaria, demam berdarah dan penyakit lainnya yang selama ini tidak menggejala di lokasi tersebut. Dampak dan akibat dari perubahan iklim di darat relatif mudah diamati, namun relatif sulit untuk di lautan.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor perekonomian yang rawan terhadap dampak negatif perubahan perilaku iklim. Insiden dan intensitas anomali iklim yang menyebabkan kekeringan ekstrim ataupun banjir secara langsung atau tidak langsung menyebabkan menurunnya produktivitas kelautan dan perikanan. Sumberdaya perikanan ditenggarai sebagai salah satu sumber pemenuhan protein hewani dan sumber mata pencaharian utama untuk kelangsungan hidup bagi para pelaku pemanfaatnya.
Masa depan usaha kelautan dan perikanan akan menghadapi situasi yang tidak diharapkan dengan adanya perubahan iklim. Untuk itu, gangguan yang diakibatkan oleh adanya perubahan iklim terhadap sektor kelautan dan perikanan harus ditanggapi dan ditangani secara serius.
Penelitian ini merupakan pengkajian dampak perubahan iklim pada kegiatan perikanan dan kelautan untuk merumuskan rekomendasi tentang pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis sistem sosial-ekologi yang dikaitkan dengan upaya antisipasi terhadap perubahan iklim. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi keterkaitan dan interaksi berbagai entitas sistem ekologi dan sistem sosial (social-ecological system);
2. Mengestimasi kerentanan ekonomi perikanan terhadap perubahan iklim;
3. Menentukan indeks resiliensi masyarakat terhadap perubahan iklim;
4. Membangun model pengelolaan sumberdaya perikanan yang berbasis pada resiliensi masyarakat terhadap perubahan iklim; dan
5. Merumuskan arahan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan terumbu karang dalam rangka pelestariannya, terkait perubahan iklim
Cakupan data yang ditampilkan dalam buku ini meliputi data yang terkait dengan responden penelitian, data entitas sistem ekologi dan sistem sosial serta keterkaitannya, data kerentanan ekonomi masyarakat perikanan terhadap perubahan iklim dan data indeks resiliensi masyarakat perikanan pemanfaat ekosistem terumbu karang, dalam kerangka sistem sosial ekologis di lokasi penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Lima Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan; Provinsi Sulawesi Tenggara; Provinsi Nusa Tenggara Timur; Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Dari lima provinsi tersebut kemudian dipilih tujuh kabupaten yang merupakan lokasi kegiatan program Coremap yaitu Kabupaten Pangkep, Kabupaten Selayar, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton, Kabupaten Sikka, Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Biak. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2011. Kegiatan pra survey dilaksanakan pada bulan Februari - Maret, dan pengumpulan data primer dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober. Proses tabulasi, analisis data dan penulisan hasil penelitian diselesaikan sampai dengan bulan Desember 2011.
Penelitian ini menggunakan pendekatan bahwa persoalan pemanfaatan, pengelolaan dan pelestarian harus dilihat dari sudut pandang yang utuh dan terintegrasi dalam sebuah sistem yang dikenal sebagai Social-Ecological System atau SES. SES tersebut mencakup dua sub sistem utama, sistem ekologis dan sistem sosial.
Penelitian ini menghasilkan data primer sebagai bahan utama untuk analisis yang lebih mendalam untuk menjawab tujuan penelitian. Data primer yang dikumpulkan berupa data karakteristik responden data sistem ekologi dan sistem sosial yang terbentuk serta data kerentanan data mata pencaharian masyarakat, dan data indeks resiliensi masyarakat perikanan di tujuh lokasi penelitian.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara diskusi individu yang menggunakan teknik wawancara melalui kuesioner untuk masyarakat perikanan (nelayan dan pembudidaya) dan informan kunci (kepala dinas, kepada desa, tokoh masyarakat). Penelitian ini juga menggunakan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) sebagai cara utama untuk menjaring informasi langsung dari masyarakat dan informan kunci untuk berpartisipasi dan berdiskusi tentang pengembangan model pengelolaan berbasis sistem sosial ekologi dalam rangkan antisipasi perubahan iklim.
Jumlah responden yang berhasil diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 1.426 kepala keluarga (Tabel 1). Jumlah tersebut merupakan hasil kerjasama dengan pengelola program Coremap dengan menggunakan jasa mahasiswa Praktek Kerja Lapang (PKL) di sekitar lokasi program coremap untuk melakukan wawancara lapang.
1. Analisis Social Ecological System (SES)
Metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis sistem sosial – ekologi (SES) di lokasi penelitian diadopsi berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Anderies et al (2004). Tahapan pertama yang dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap komponen pembentuk utama sistem sosial ekologi dengan melihat bagaimana karakteristik sumberdaya, siapa pengguna sumberdaya, apa sarana dan prasarana publik yang tersedia, serta siapa penyedia sarana dan prasarana publik di lokasi penelitian. Tahapan kedua adalah menganalisis interaksi antara komponen utama pembentuk sistem sosial ekologi tersebut.
2. Analisis Kerentanan
Identifikasi dan analisa kerentanan yang dihadapi oleh masyarakat di lokasi penelitian diadopsi dari kerangka yang dikembangkan oleh Turner et al (2003). Variabel kerentanan yang diamati adalah variabel keterbukaan (exposure), kesensitifitasan (Sensitivity) dan ketahanan (resilience).
3. Analisis Keberlanjutan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir
Analisa kerentanan suatu masyarakat pesisir juga dapat menggunakan analisis keberlanjutan mata pencaharian masyarakat pesisir (Coastal Livelihood System Analysis/CLSA). Konsep ini dikembangkan dalam kerangka pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, dimana aspek sistem alam (ekosistem) dan sistem manusia tidak dapat dipisahkan. Analisis ini merupakan salah satu penilaian yang objektif dalam menentukan keberlanjutan mata pencaharian masyarakat pesisir dalam kaitannya meningkatkan relisiensi.
4. Analisis Resiliensi
Analisis resiliensi masyarakat berbasis sistem sosial-ekologis di lokasi penelitian terhadap perubahan iklim dilakukan dengan cara mengadopsi analisis resiliensi yang dikembangkan oleh Walker et al (2002). Analisis resiliensi dilakukan dalam empat tahap, yaitu:
a. Tahap pengembangan suatu model konseptual dari SES berdasarkan masukan pemangku kepentingang
b. Tahap pengembangan batasan dari skenario di masa depan yang memungkinkan, termasuk dampak yang tidak terkontrol dan pemicu lain
c. Tahap pengidentifikasian variabel penggerak – variabel lambat rumit dan prosesnya dalam sistem yang memerintah dinamika semua variabel yang dianggap penting oleh pemangku kepentingan – barang dan jasa ekosistem – terutama yang mempengaruhi dan dinamika non-linier lainnya
d. Tahap pengevaluasian pemangku kepentingan terhadap keseluruhan proses dan implikasi pemahaman yang memunculkan tindakan kebijakan dan manajemen.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan resiliensi yang dikembangkan oleh Folke et al. (2002) atas empat faktor penting yang berinteraksi secara lintas temporal dan spasial dalam melihat dinamika sumberdaya alam selama periode perubahan dan reorganisasi, yang terdiri dari empat kategori, yaitu:
a. Belajar hidup dalam perubahan dan ketidakpastian
b. Mengembangkan diversitas bagi reorganisasi dan pembaruan
c. Mengkombinasikan berbagai macam pengetahuan
d. Mengkreasi kemungkinan bagi pengorganisasian diri.
1. Struktur Rumah Tangga
Struktur rumah tangga responden yang disajikan dalam data dan informasi penelitian ini adalah struktur rumah tangga yang dibedalan berdasarkan sebaran umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan utama, jenis pekerjaan sampingan dan jumlah anggota keluarga.
2. Sistem Sosial Ekologi
Sistem sosial-ekologis merupakan sebuah sistem dari unit biologi/ekosistem dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh satu atau lebih sistem sosial. Suatu sistem ekologis dapat digambarkan sebagai suatu sistem unit biologi atau organisme yang saling tergantung (Anderies et al, 2004).
3. Kerentanan
Konsep dari kerentanan didefinisikan sebagai tingkat yang menerangkan sebuah sistem (dalam ini konteks sistem pesisir dan pulau-pulau kecil) yang mengalami bencana disebabkan karena posisinya yang terbuka sehingga mudah terkena tekanan dan gangguan (Rass, 2002 dalam Adrianto, 2007). Kerentanan juga didefinisikan sebagai kecenderungan sistem kompleks adaptif mengalami pengaruh buruk dari keterbukaannya terhadap tekanan eksternal dan kejutan (Turner et al 2003).
4. Keberlanjutan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir (CLSA)
Keberlanjutan Mata Pencaharian Masyarakat (CLSA) adalah sebuah pendekatan untuk strategi identifikasi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir terkait dengan tujuan umum pengelolaan wilayah pesisir dan laut yaitu keberlanjutan sistem sumberdaya itu sendiri. Suatu mata pencaharian digambarkan sebagai satuan kemampuan aset yaitu alam, fisik, manusia, keuangan dan sosial yang diperlukan untuk keberlanjutan kehidupan.
5. Resiliensi
Resiliensi merupakan kapasitas dari keterkaitan sistem ekologi dan sosial untuk menyerap gangguan yang berasal dari perubahan yang bersifat mendadak, sehingga mampu mempertahankan struktur dan proses yang esensial serta menyediakan umpan balik. Resiliensi merefleksikan derajat kemampuan sebuah sistem kompleks yang adaptif untuk untuk mengorganisasikan diri secara mandiri, serta derajat kemampuan sistem tersebut membangun kapasitas belajar dan beradaptasi. Dalam resiliensi, kemampuan adaptasi adalah kapasitas dari masyarakat dalam sebuah sistem sosial-ekologis untuk membangun resiliensi melalui aksi-aksi kolektif, sedangkan transformabilitas adalah kapasitas masyarakat untuk mengkreasi suatu sistem sosial-ekologis baru secara fundamental ketika kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi yang ada tidak mampu lagi menopang sistem (Walker et al., 2004).
No | Tekanan Alam | Kelompok Rentan | Dampak/Resiko |
1. | Musim | Nelayan | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan |
Pembudidaya rumput laut | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan gagal panen Meningkatkan resiko penyakit Kehilangan pendapatan | ||
2. | Angin Tornado | Semua Masyarakat | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko usaha Kehilangan pendapatan Kehilangan aset hingga nyawa |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
No | Tekanan Alam | Kelompok Rentan | Dampak/Resiko |
1. | Gelombang besar | Nelayan | Tidak berani melaut Kehilangan aset Kehilangan pendapatan |
2. | Musim | Nelayan | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan |
Pembudidaya | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan | ||
Petani | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan | ||
3. | Abrasi | Semua | Meningkatkan ketidakpastian Kehilangan pendapatan Kehilangan aset prasarana |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
No | Tekanan Alam | Kelompok Rentan | Dampak/Resiko |
1. | Kenaikan Paras Laut (Sea level rise) | Semua | Menurunnya daratan Kehilangan aset Kehilangan pendapatan |
2. | Musim | Nelayan | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan |
Pembudidaya | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan | ||
Petani | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan | ||
3. | Gempa | Semua Masyarakat | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan Kehilangan aset hingga nyawa |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
No | Tekanan Alam | Kelompok Rentan | Dampak/Resiko |
1 | Musim | Nelayan | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Meningkatkan biaya operasional Menurunnya pendapatan |
2 | Gelombang Tinggi | Masyarakat | Kehilangan aset Kehilangan pendapatan Tidak berani melaut |
3 | Imbas Tsunami Maumere | Masyarakat | Meningkatkan ketidakpastian Kehilangan pendapatan Kehilangan aset hingga nyawa Rusaknya prasarana |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
No | Tekanan Alam | Kelompok Rentan | Dampak/Resiko |
1. | Gelombang besar | Nelayan | Tidak berani melaut Kehilangan aset Kehilangan pendapatan |
2. | Gempa | Semua Masyarakat | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan Kehilangan aset hingga nyawa |
3. | Musim | Nelayan | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan |
Pembudidaya | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan | ||
Petani | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan | ||
4. | Tsunami | Semua Masyarakat | Meningkatkan ketidakpastian Kehilangan pendapatan Kehilangan aset hingga nyawa |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
No | Tekanan Alam | Kelompok Rentan | Dampak/Resiko |
1. | Gelombang besar | Nelayan | Tidak berani melaut Kehilangan aset Kehilangan pendapatan |
2. | Musim | Nelayan | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan |
Pembudidaya | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan biaya operasional Kehilangan pendapatan |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
No | Tekanan Alam | Kelompok Rentan | Dampak/Resiko |
1. | Musim | Nelayan | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Kehilangan pendapatan |
2. | Angin Topan | Seluruh masyarakat | Meningkatkan ketidakpastian Meningkatkan resiko penangkapan Kehilangan pendapatan Kehilangan aset hingga nyawa |
3. | Gempa bumi dan tsunami | Seluruh masyarakat | Merusak sumberdaya Merusak infrastruktur yang ada (rumah penduduk, jalan raya, dan dermaga) Kehilangan pendapatan Kehilangan aset hingga nyawa Kehilangan pendapatan |
Sumber : Data Primer Diolah (2011)
No | Faktor | Deskripsi | |
1. | Exposure | - Komponen | Alam (terumbu karang, mangrove, pantai), Fisik (perumahan, fasilitas publik), Manusia (penduduk setempat) |
- Karakteristik | Frekuensi rendah | ||
2. | Sensitivitas | - Kondisi manusia | Adanya perbedaan antara masyarakat dengan tingkat ekonomi yang tinggi dan rendah, tidak ada asuransi atau jaminan atas ketidakpastian |
- Kondisi lingkungan | Pemutihan karang, rusaknya karang akibat pemboman, pembiusan ikan, penangkapan dengan membalik karang, penggunaan trawl | ||
3. | Resiliensi | - Penanganan | Adanya program pemerintah untuk mengatasi bencana melalui perbaikan rumah dan infrastruktur yang rusak |
- Dampak | Dampak dari rusaknya sumberdaya adalah menurunnya pendapatan dan kehilangan aset | ||
- Penyesuaian dan adaptasi | Penataan kawasan pengelolaan sumberdaya baik perikanan tangkap dan budidaya rumput laut dengan menjaga kelestarian sumberdaya pesisir |
Sumber : Data Primer Diolah (2011)
No | Faktor | Deskripsi | |
1. | Exposure | - Komponen | Alam (terumbu karang, mangrove, perairan pantai, perairan lepas pantai), Fisik (pemukiman, fasilitas publik), Manusia (penduduk setempat, wisatawan) |
- Karakteristik | Frekuensi sedang | ||
2. | Sensitivitas | - Kondisi manusia | Kurangnya kelembagaan sosial yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah social, tingkat konflik yang besar dengan nelayan luar |
- Kondisi lingkungan | Pemutihan karang, rusaknya karang akibat pemboman dan pembiusan,lingkungan pantai yang terkena abrasi | ||
3. | Resiliensi | - Penanganan | Adanya program pemerintah untuk mengatasi bencana melalui perbaikan infrastruktur yang rusak |
- Dampak | Dampak dari rusaknya sumberdaya adalah menurunnya pendapatan dan kehilangan aset | ||
- Penyesuaian dan adaptasi | Penataan kawasan pengelolaan sumberdaya baik perikanan tangkap, budidaya maupun wisata bahari, dan menjaga keberlanjutan sumberdaya pesisir |
Sumber : Data Primer Diolah (2011)
No | Faktor | Deskripsi | |
1. | Exposure | - Komponen | Alam (terumbu karang, mangrove, pantai), Fisik (perumahan, cottage, fasilitas publik), Manusia (penduduk setempat, wisatawan) |
- Karakteristik | Frekuensi rendah | ||
2. | Sensitivitas | - Kondisi manusia | Adanya perbedaan antara masyarakat dengan tingkat ekonomi yang tinggi dan rendah, tidak ada asuransi atau jaminan atas ketidakpastian, |
- Kondisi lingkungan | Pemutihan karang, rusaknya karang akibat pemboman, kondisi pantai yang tidak terawat | ||
3. | Resiliensi | - Penanganan | Adanya program pemerintah untuk mengatasi bencana melalui perbaikan infrastruktur yang rusak |
- Dampak | Dampak dari rusaknya sumberdaya adalah menurunnya pendapatan dan kehilangan aset | ||
- Penyesuaian dan adaptasi | Penataan kawasan pengelolaan sumberdaya baik perikanan tangkap, budidaya maupun wisata bahari, dan menjaga keberlanjutan sumberdaya pesisir |
Sumber : Data Primer Diolah (2011)
KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA RESPONDEN
Tabel 1.1. Persentase Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Kelompok Umur (tahun) | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | < 25 - 35 | 39% | 33% | 30% | 42% | 41% | 41% | 50% |
2. | 36 – 45 | 34% | 29% | 30% | 20% | 30% | 25% | 25% |
3. | 45 – 55 | 17% | 29% | 17% | 20% | 17% | 25% | 18% |
4. | ≥ 55 | 10% | 9% | 23% | 18% | 12% | 9% | 7% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 1.2. Persentase Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Pendidikan | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Tidak Tamat SD | 30% | 93% | 47% | 13% | 65% | 79% | 5% |
2. | Tamat SD | 63% | 7% | 30% | 38% | 30% | 2% | 15% |
3. | Tamat SMP | 6% | 0% | 10% | 23% | 4% | 18% | 17% |
4. | Tamat SMA | 9% | 0% | 12% | 26% | 1% | 1% | 63% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Tabel 1.3. Persentase Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Pekerjaan Utama | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Nelayan | 91% | 92% | 84% | 84% | 61% | 70% | 91% |
2. | Pembudidaya | 3% | 1% | 11% | 0% | 30% | 0% | 3% |
3. | Petani | 0% | 1% | 1% | 10% | 7% | 10% | 0% |
4. | Lainnya | 6% | 6% | 5% | 6% | 2% | 20% | 6% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 1.4. Persentase Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan Pekerjaan Tambahan di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Pekerjaan Tambahan | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Nelayan | 23% | 20% | 6% | 25% | 37% | 21% | 23% |
2. | Pembudidaya | 44% | 5% | 5% | 0% | 14% | 0% | 44% |
3. | Petani | 0% | 25% | 55% | 59% | 26% | 47% | 0% |
4. | Lainnya | 33% | 50% | 35% | 16% | 23% | 31% | 33% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 1.5. Persentase Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Jumlah Anggota Keluarga | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | < 3 orang | 20% | 29% | 28% | 14% | 60% | 23% | 44% |
2. | 3 - 5 orang | 59% | 58% | 65% | 73% | 37% | 51% | 49% |
3. | > 5 orang | 21% | 13% | 7% | 13% | 3% | 25% | 7% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Tabel 2.1. Karakteristik Sumberdaya Pesisir Berdasarkan Pemanfaatannya oleh Responden di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Jenis Sumberdaya | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Terumbu Karang | 58% | 11% | 29% | 14% | 23% | 89% | 52% |
2. | Mangrove | 4% | 0% | 0% | 1% | 3% | 0% | 0% |
3. | Padang Lamun | 5% | 1% | 4% | 0% | 1% | 4% | 0% |
4. | Inshore Water | 20% | 45% | 25% | 51% | 25% | 3% | 30% |
5. | Off Shore Water | 13% | 43% | 42% | 34% | 49% | 4% | 18% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 2.2. Kondisi Sumberdaya Perikanan Berdasarkan Persepsi Responden di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Kondisi Sumberdaya | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Relatif Baik | 30% | 43% | 63% | 57% | 29% | 62% | 70% |
2. | Sudah Mulai Rusak | 51% | 46% | 21% | 22% | 60% | 30% | 14% |
3. | Sama Saja | 14% | 9% | 14% | 15% | 7% | 8% | 16% |
4. | Tidak Tahu | 5% | 2% | 2% | 6% | 4% | 0% | 0% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 2.3. Kondisi Sumberdaya Perikanan Dalam Lima Tahun Terakhir Berdasarkan Persepsi Responden di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Kondisi Sumberdaya 5 Tahun Terakhir | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Relatif Baik | 34% | 44% | 50% | 41% | 29% | 38% | 80% |
2. | Sudah Mulai Rusak | 44% | 43% | 25% | 28% | 51% | 45% | 7% |
3. | Sama Saja | 19% | 12% | 19% | 22% | 12% | 16% | 10% |
4. | Tidak Tahu | 3% | 1% | 6% | 9% | 8% | 2% | 3% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 2.4. Penyebab Perubahan Sumberdaya Perikanan Berdasarkan Persepsi Responden di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Penyebab Perubahan | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Kegiatan Manusia | 85% | 66% | 67% | 41% | 65% | 76% | 49% |
2. | Alamiah | 12% | 20% | 19% | 47% | 26% | 21% | 51% |
3. | Tidak Tahu | 3% | 14% | 13% | 12% | 8% | 3% | 0% |
4. | Lainnya | 0% | 0% | 1% | 0% | 1% | 1% | 0% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 2.5. Prediksi Kondisi Sumberdaya Di Masa Depan Berdasarkan Persepsi Responden di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Kondisi Sumberdaya Ke Depan | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Semakin Rusak | 63% | 60% | 65% | 75% | 63% | 55% | 61% |
2. | Tidak Berubah | 27% | 16% | 10% | 12% | 14% | 41% | 18% |
3. | Tidak Tahu | 10% | 24% | 25% | 13% | 23% | 3% | 21% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 2.6. Kebutuhan Akan Perbaikan Sumberdaya Berdasarkan Persepsi Responden di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No | Perbaikan Lingkungan | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Perlu | 96% | 94% | 94% | 98% | 93% | 100% | 100% |
2. | Tidak Perlu | 4% | 6% | 4% | 0% | 0% | 0% | 0% |
3. | Tidak Tahu | 0% | 0% | 2% | 2% | 7% | 0% | 0% |
Total | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% | 100% |
Sumber: Data Primer Diolah (2011
Komponen | Sub-Komponen | Keterangan |
A. Sumberdaya | a. Perairan pantai b. Terumbu karang c. Mangrove | - |
B. Pengguna sumber daya | a. Nelayan jaring dan nelayan pancing b. Pembudidaya rumput laut | - |
C. Penyedia prasarana umum | a. Pemerintah pusat b. Pemerintah daerah c. Berbagai Lembaga non pemerintah | Penyedia prasarana publik diantaranya adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga non-pemerintah |
D. Prasarana | a. Transportasi b. Pendidikan c. Keuangan d. Telekomunikasi e. Kesehatan f. Air bersih g. Listrik | Karaktersitik prasarana publik diantaranya dermaga, akses jalan umum, akses pemasaran perikanan (pasar), akses telekomunikasi, akses kesehatan, pendidikan, dan akses listrik |
E. Aturan kelembagaan | Aturan kelembagaan terkait dengan sumberdaya telah dikelola melalui peraturan desa. | |
F. Lingkungan eksternal | Pengaruh lingkungan eksternal seperti misalnya pengaruh iklim, kebijakan politik dan ekonomi |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Tabel 2.8. Interaksi Diantara Komponen Utama Pembentuk Sistem Sosial Ekologi di Kabupaten Pangkep, Tahun 2011
Interaksi Nomor | Hubungan | Penjelasan |
1. | Sumberdaya dan masyarakat | Sumberdaya berupa terumbu karang berperan penting bagi nelayan Pangkep. Selain sebagai fishing ground mereka, tetapi juga sebagai sumberdaya yang mempengaruhi ketersediaan hasil tangkapan lainnya. Perairan pantai juga sangat berperan penting bagi pembudidaya rumput laut. Bahkan dalam 3 tahun terakhir ada beberapa nelayan yang beralih profesi sebagai pembudidaya rumput laut. Kualitas perairan yang baik sangat diperlukan bagi produksi rumput laut sehingga maraknya praktek pengeboman dan pembiusan ikan dengan potasium dikhawatirkan akan mencemari perairan pantai sehingga akan mengancam kebelangsungan usaha pembudidaya rumput laut. |
2. | Masyarakat dan penyedia prasarana | Hubungannya lebih bersifat kurang partisipasi dan kurangnya informasi karena masyarakat hanya sebagai pengguna prasarana publik yang dibangun oleh pemda setempat. |
3. | Penyedia prasarana dengan prasarana | Prasarana yang ada kurang dipantau kembali untuk proses perbaikan dan pembangunan kembali Prasarana yang dibangun belum merata, seperti sarana listrik terutama bagi penduduk pulau yang masih kesulitan akan listrik. |
4. | Sumberdaya dengan prasarana | Dampak pembangunan infrastruktur, seperti dermaga dan jalan umum terhadap sumberdaya berjalan efektif sehingga perekonomian hidup. |
5. | Prasarana dengan interaksi antara masyarakat dan sumberdaya | Hubungan antara prasarana dengan interaksi antara masyarakat dan sumberdaya adalah saling terkait. Hal tersebut berarti bahwa prasarana (misalnya dermaga) mempengaruhi interaksi antara masyarakat dan sumberdaya. Atau sarana gudang penampung rumput laut membuat interaksi antara pembudidaya dan sumberdaya semakin tinggi. |
6. | Masyarakat dengan prasarana | Pengguna sumberdaya hanya memanfaatkan infrastruktur yang ada tanpa secara langsung melakukan perawatan, pemantauan maupun sanksi yang diberikan jika ada pelanggaran.Hal tersebut dikarenakan pandangan bahwa tugas untuk melakukan perawatan, pemantauan maupun pemberian sanksi adalah tugas pembuat infrastruktur. Masyarakat cenderung menyediakan sendiri sarpras yang berkenaan dengan rumah tangganya, misalnya membangun sumur atau sumber air di rumahnya. Sementara itu, sarpras yang lebih besar dianggap menjadi tanggung jawab pemerintah setempat. |
7. | Pengaruh eksternal terhadap prasarana | Pengaruh eksternal seperti cuaca yang kurang baik, gempa bumi maupun longsor memungkinkan rusaknya sumberdaya dan infrastruktur yang telah dibuat Seperti yang telah terjadi pada kejadian angin tornado di Pangkep Namun pada saat sekarang, hanya beberapa saja pengaruh eksternal yang terjadi mempengaruhi infrastrukur |
8. | Pengaruh eksternal terhadap penyedia prasarana | Bencana yang terjadi memungkinkan rusaknya prasarana yang telah dibangun. Kerusakan ini biasanya ditangani oleh penyedia prasarana, misalnya pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki atau membangun kembali guna menggerakkan roda perekonomian masyarakat |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
DATA INDEKS RESILIENSI
Tabel 5.1. Analisis Tingkat Resiliensi Berdasarkan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Di Lokasi Penelitian, Tahun 2011
No. | Faktor-faktor | Persentase | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | |||
1. | Kemampuan belajar hidup dalam perubahan dan ketidakpastian | Rendah | 25,00 | 0.00 | 15,63 | 23,00 | 16,00 | 12,00 | 8,00 |
Sedang | 53,13 | 86,00 | 71,88 | 64,00 | 60,00 | 71,00 | 89.00 | ||
Tinggi | 21,87 | 14,00 | 12,50 | 13,00 | 24,00 | 17,00 | 3,00 | ||
2. | Kemampuan untuk mengembangkan diversitas yang memungkinkan terjadinya reorganisasi dan pembaruan | Rendah | 18,75 | 6,00 | 9,38 | 20,00 | 20,00 | 16,00 | 14,00 |
Sedang | 56,25 | 80,00 | 87,50 | 69,00 | 64,00 | 58,00 | 86,00 | ||
Tinggi | 25,00 | 14,00 | 3,13 | 11,00 | 16,00 | 26,00 | 0,00 | ||
3. | Kemampuan untuk memanfaatkan berbagai macam pengetahuan secara terpadu | Rendah | 21,88 | 0,00 | 15,63 | 28,00 | 20,00 | 14,00 | 8,00 |
Sedang | 68,75 | 84,00 | 62,50 | 78,00 | 64,00 | 64,00 | 92,00 | ||
Tinggi | 9,37 | 16,00 | 21,88 | 4,00 | 16,00 | 22,00 | 0,00 | ||
4. | Kemampuan menciptakan peluang untuk pengorganisasian diri | Rendah | 25,00 | 23,00 | 21,88 | 16,00 | 32,00 | 15,00 | 15,00 |
Sedang | 50,00 | 36,00 | 75,00 | 70,00 | 52,00 | 64,00 | 73,00 | ||
Tinggi | 25,00 | 41,00 | 3,13 | 14,00 | 16,00 | 21,00 | 12,00 |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)
Sumber : Data Primer Diolah (2011)
No | Element | Kabupaten | ||||||
Pangkep | Selayar | Wakatobi | Buton | Sikka | Raja Ampat | Biak | ||
1. | Governance | 2 | 2 | 3 | 4 | 4 | 3 | 2 |
2. | Sosek dan mata pencaharian | 3 | 1 | 4 | 4 | 3 | 1 | 2 |
3. | Pengelolaan sumberdaya pesisir | 2 | 1 | 2 | 4 | 4 | 2 | 2 |
4. | Desain struktural dan pengelolaan pemanfaatan lahan | 2 | 1 | 1 | 4 | 4 | 2 | 1 |
5. | Pengetahuan tentang resiko | 2 | 2 | 2 | 4 | 4 | 1 | 2 |
6. | Peringatan dan evakuasi | 1 | 1 | 2 | 4 | 3 | 3 | 1 |
7. | Respon darurat | 2 | 2 | 1 | 4 | 3 | 4 | 2 |
8. | Pemulihan | 4 | 1 | 3 | 4 | 4 | 3 | 3 |
Sumber: Data Primer Diolah (2011)