Selasa, 29 November 2011

PENGEMBANGAN PARAGRAF


PENGEMBANGAN PARAGRAF DITINJAU BERDASARKAN JENIS-JENISNYA
I.               PENDAHULUAN

                    Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut haruslah dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi paragraf yang baik, yaitu paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Pendistribusian kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas haruslah menggunakan cara yang jelas sehingga dapat dirumuskan strukturnya.

                    Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

                    Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.

                    Secara garis besar struktur paragraf (selain paragraf narasi dan deskripsi) dapat dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:

·                 Kalimat utama pada awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas;
·                 Kalimat pada akhir paragraf dan didahului dengan kalimat-kalimat penjelas; dan
·                 Kalimat utama terdapat pada awal dan akhir paragraf, diselingi dengan kalimat-kalimat penjelas.

                    Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu paragraf.

                    Pengembangan paragraf adalah perincian dan pengurutan pikiran yang terpadu yang diwujudkan melalui penataan kalimat-kalimat. Penggunaan kalimat topik yang tepat akan memudahkan pembaca membuat ringkasan dari sebuah karya tulis. Kalimat-kalimat penunjang akan mengembangkan gagasan yang terdapat dalam kalimat topik. Dalam ringkasan kalimat-kalimat penunjang ini dapat diabaikan. Oleh karena itu, ada tiga persoalan yang tercakup di dalamnya, yaitu:

·                 kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara tepat;
·                 kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan; dan
·                 kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.


II.              JENIS PENGEMBANGAN PARAGRAF

                    Secara ringkas, pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu spesifik sehingga sulit dikembangkan, jangan pula terlalu luas sehingga memerlukan penjelasan yang panjang lebar). Kedua, tempatkanlah kalimat topik tersebut dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf. Ketiga, dukunglah kalimat topik tersebut dengan detail-detail/perincian-perincian yang tepat. Keempat gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraf.

PERSYARATAN DALAM PENGEMBANGAN PARAGRAF:
·                 Kesatuan
setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.

·                 Keterpaduan
syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/ mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.

·                 Kelengkapan
syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama.

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN PENGEMBANGAN:
·                 Paragraf deduktif:
Paragraf dengan kalimat utama di awal, kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.
·                 Paragraf induktif:
kalimat utama terletak di akhir paragraf setelah kalimat-kalimat penjelas.

JENIS PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN POLA:
·                 Pola Spansial:
Pola spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Pola ini menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya.
Contoh:
Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu memberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.




·                Pola Sudut Pandang:
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spansial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.
Contoh:
Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing diatas jalan. Menegakkan dirinya sambil menguasai ke muka dan ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon diantara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekian temannya sejajar dengan dia.


·                 Pola Proses:
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
v    penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh;
v    penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya;
v    penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh prose dengan jelas.


Contoh :
Pohon anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambilah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah. Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.


·                 Pola Sebab Akibat:
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dngan menggunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik. Akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya, akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Contoh :
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1986, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. akan tetapi, pada tahun 1004, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

·                 Pola Ilustrasi:
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
Contoh :
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak memahami imbas krisis ekonomi sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbuh 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik broto (PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sector pertanian merosot dari tahun ke tahun.


JENIS PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN TEKNIK:
·                 Pengembangan Secara Alamiah:
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural

·                 Pengembangan Secara Logis:
Pengembangan paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus.
Contoh kalimat paragraf umum-khusus:
Sudah beberapa kali kebijaksanaan itu dipertanyakan bahkan hendak dipreteli dan diubah. Namun demikian, setiap usaha tersebut selalu gagal. Betapapun usaha tersebut disiapkan dengan cara yang teliti dan matang, semua dapat digagalkan. Bukti yang lalu meyakinkan kita bahwa kebijaksanaan itu benar dan tak dapat dipreteli dan diubah.


JENIS PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN ISI:
·                 Paragraf perbandingan atau pertentangan:
Cara pembandingan merupakan sebuah pengembangna paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau mempertentangkan guna memperjelas suatu paparan. Kegiatan membandingkan atau mempertentangkan tersebut berupa penyajian persamaan dan perbedaan antara dua hal. Sesuatu yang dipertentangkan adalah dua hal yang memiliki tingkat yang sama. Dan keduanya memiliki persamaan dan perbedaan.

·                 Paragraf contoh:
Contoh-contoh disajikan sebagai gagasan penjelas untuk mendukung atau memperjelas gagasan umum. Gagasan umum dapat diletakkan pada awal paragraf atau diakhiri paragraf bergantung pada gaya yang dikehendaki oleh penulis.

·                 Paragraf sebab akibat:
Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangna paragraf cara ini dapat dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok/utama baru diikuti akibatnya sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok utama diikuti dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.
Contoh:
Hari ini ia terpaksa tidak masuk sekolah. Sudah beberapa hari ibunya sakit. Ayahnya yang dinanti-nantikan kedatangannya dari Jakarta belum tiba juga. Adik-adiknya masih kecil dan tidak ada yang menjaga.


·                 Paragraf klasifikasi:
Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/utama kemudian diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki gagasan penjelas yang dapat diklasifikasikan menjadi X dan Z.


JENIS PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN METODE
·                 Sudut Pandang.
Untuk memperkaya sebuah uraian atau berita, kita dapat menguraikan hasil penyerapan pancaindera kita. Sudut pandang akan memerikan seseorang, sebuah ruang, suasana, sebuah benda, atau perasaan. Dengan demikian, kita dapat membangun suasana hati pembaca.

·                 Contoh.
Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi yang kuat.
·                 Klimaks dan Antiklimaks.
Paragraf diawali dengan gagasan bawahan yang tidak terlalu penting, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur meningkat kepentingannya. Paragraf diakhiri oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Sebaliknya, pengembangan paragraf yang antiklimaks dibangun oleh kalimat-kalimat yang berkurang kepentingannya. Paragraf ini akan diawali oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur berkurang kepentingannya. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.

·                 Definisi Luas.
Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan. Jenis tulisan dalam paragraf seperti ini adalah eksposisi.

·                 Klasifikasi.
Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompokkan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadi jelas. Paragraf dengan pengembangan klasifikasi ini juga merupakan jenis tulisan eksposisi.

·                 Perbandingan dan Pertentangan.
Perbandingan dan pertentangan dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah. Dalam perkembangan paragraf ini, unsur-unsur yang sama dari dua hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan, diikuti dengan unsur-unsur yang membedakan dua hal atau lebih. al yang perlu diperhatikan adalah bahwa perbandingan dan pertentangan itu dilakukan berdasarkan tolok ukur yang sama.

·                 Analogi.
Dalam pengembangan paragraf analogis, uraian didasarkan pada kesamaan dari dua hal atau lebih. Dua hal atau lebih dibandingkan secara sistematis untuk menemukan hal-hal yang sama. Hal dibandingkan dapat berasal dari kategori yang sama atau, bahkan, dari satu atau beberapa kelas yang berbeda. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah tulisan eksposisi.

·                 Sebab-Akibat.
Dalam paragraf ini diuraikan hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi atau, sebaliknya, diuraikan dahulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya. Jenis karangan yang digunakan di sini dapat berupa jenis narasi atau eksposisi.

·                 Proses.
Pengembangan paragraf ini menguraikan proses bagaimana sesuatu terjadi atau terwujud. Jadi, dalam pengembangan ini ada urutan dari tindakan-tindakan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu; atau urutan suatu peristiwa. Pengembangan paragraf ini juga dapat diisi dengan kalimat-kalimat yang menguraikan sesuatu ke dalam unsur-unsur yang membangunnya agar pembaca dapat lebih mudah memahami hal itu. Jenis karangan yang digunakan dalam pengembangan paragraf ini adalah eksposisi.

·                 Umum-Khusus dan Khusus-Umum.
Kedua cara pengembangan paragraf ini merupakan cara yang paling umum digunakan. Dalam pengembangan Umum-Khusus, gagasan utama atau kalimat topik diletakkan di awal paragraf, diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengalndung gagasan bawahan. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.

Dalam pengembangan Khusus-Umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf dengan sebuah kalimat kesimpulan. Paragraf diawali oleh kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif.

Dapat pula, dilakukan variasi dengan menggabungkan kedua jenis pengembangan paragraf ini ke dalam sebuah paragraf. Jadi, paragraf diawali dengan sebuah kalimat topik yang umum diikuti dengan kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Kemudian, paragraf diakhiri dengan sebuah kalimat topik lagi yang bersifat menyimpulkan. Dengan demikian, secara logis, paragraf dikembangkan secara deduktif-induktif.

III.            PENUTUP

                    Paragraf berpotensi terdiri atas beberapa kalimat yang secara visual ditandai dengan indensasi. Pembentukkan paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Untuk itu, diperlukan pengembangan paragraf yang baik. Kerangka struktur paragraf dikembangkan berdasarkan peletakan kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas.
Sumber:

******* Terima Kasih *******


BENTUK-BENTUK KARANGAN


MENGENAL LEBIH DALAM MENGENAI BENTUK-BENTUK KARANGAN

I.                PENDAHULUAN

                    Pada dasarnya, manusia merupakan mahluk yang dianugerahi berbagai macam pengetahuan dan rasa keingintahuan terhadap sesuatu, salah satunya perasaan akan seni, yang dalam istilah budaya, manusia dikatakan mempunyai rasa, cipta, dan karsa.

                    Salah satu wujud rasa, cipta, dan karsa manusia terhadap seni, yaitu lahirnya berbagai jenis karya mulai dari seni ukir, seni tari, seni rupa, seni musik, seni drama, dan seni sastra. Salah satu bentuk hasil karya manusia dalam seni sastra yaitu karangan atau tulisan-tulisan.

                    Karangan bisa didefinisikan sebagai karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Ide untuk membuat suatu karangan biasanya didapat berdasarkan fakta, pengalaman pribadi si penulis, renungan atas peristiwa, antisipasi kejadian di masa depan, atau sekadar mengungkapakan rasa keindahan dan kekaguman terhadap sesuatu.

Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Namun ditinjau berdasarkan bobotnya, karangan dapat dibedakan menjadi:
a.              Karangan Ilmiah;
b.              Karangan Semi Ilmiah; dan
c.               Karangan Non Ilmiah.

II.              PEMBAHASAN
A.              Karangan Ilmiah
Definisi karangan ilmiah antara lain:
v    hasil penjabaran secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan dengan menggunakan bahasa baku atau ilmiah.
v    serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.  (Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi).
v    karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut Metodologi penulisan yang baik dan benar. (Brotowidjoyo)
v    laporan tertulis yang dipublikasikan dan dipaparkan berdasarkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. (Hery Firman)
v    suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. (Eko Susilo, M)

Tujuan dari Karangan Ilmiah, antara lain:
v    sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
v    menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.

Sifat dari karangan ilmiah antara lain:
v    NON TEKNIS KONKRIT : Informatif, bernada populer, spesifik dan kongkrit, tanpa ajakan emosional atau imaginatif, sistematis dan ditujukan kepada pembaca dengan pengetahuan ilmiah dasar.
v    TEKNIS UMUM : Informatif, teknis, tidak untuk kepentingan pribadi, masalah secara umum, kongkrit, tidak ada ajakan emosional, ditujukan kepada pembaca berpengetahuan teknis.
v    ABSTRAK NORMAL : Informatif, umum, non teknis, tidak untuk kepentingan pribadi, menyertakan pendapat orang lain tanpa bukti, tidak ada ajakan emosional, populer.
v    SPESIFIK HISTORIS : Informatif, sumber sejarah, tanpa ajakan emosional, tidak untuk kepentingan pribadi, tidak memuat penilaian, kongkret, spesifik, semi teknis, bahasa dan susunan normal.

Ciri-ciri karangan ilmiah:
v    kejelasan, yaitu semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
v    kelogisan, yaitu keterangan yang dikemukakan masuk akal.
v    kelugasan, yaitu pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
v    keobjektifan, yaitu semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
v    keseksamaan, yaitu berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
v    kesistematisan, yaitu semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
v    ketuntasan, yaitu segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya

Syarat-syarat karangan ilmiah, antara lain:
v    mengandung masalah serta pemecahannya ;
v    masalah harus merangsang atau menarik perhatian pembaca;
v    lengkap dan tuntas, artinya membeberkan semua segi yang berkaitan dengan masalahnya; dan
v    disusun menurut sistem tertentu dan metode tertentu sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

Bentuk-bentuk karangan ilmiah antara lain:
v    Laporan, yaitu bentuk karangan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati, dan mengandung saran-saran untuk dilaksanakan.
v    Makalah, yaitu karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif
v    Kertas kerja, yaitu karangan yang berisi prasaran, usulan, atau pendapat yang berkaitan dengan pembahasan suatu pokok persoalan, untuk dibacakan dalam rapat kerja, seminar, simposium, dan sebagainya.
v    Skripsi, yaitu karya tulis yang diajukan untuk mencapai gelar sarjana atau sarjana muda yang ditulis berdasarkan studi pustaka atau penelitian bacaan, penyelidikan, observasi, atau penelitian lapangan sebagai prasyarat akademis yang harus ditempuh, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan oleh penyusun dalam sidang ujian.
v    Tesis, yaitu karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi, dengan pernyataan-pernyataan dan teori yang didukung oleh argumen-argumen yang lebih kuat.
v    Disertasi, yaitu karangan yang diajukan untuk mencapai gelar doktor, yaitu gelar tertinggi yang diberikan oleh suatu univesitas dengan isi pembahasan masalah yang lebih kompleks dan lebih mendalam daripada persoalan dalam tesis.

v    Resensi, yaitu karya tulis yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku. Resensi yang disebut juga timbangan buku atau book review sering disampaikan kepada sidang pembaca melalui surat kabar atau majalah. Tujuan resensi ialah memberi pertimbangan den penilaian secara objektif, sehingga masyrakat mengetahui apakah buku yang diulas tersebut patut dibaca ataukah tidak.
v    Kritik, yaitu bentuk karangan berisi penilaian baik-buruknya suatu karya secara objektif dan tidak hanya mencari kesalahan atau cacat suatu karya, tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya itu seperti adanya.
v    Esai, yaitu semacam kritik yang lebih bersifat subjektif, dengan maksud apa yang dikemukakan dalam esai lebih merupakan pendapat pribadi penulisnya.

B.              Karangan Semi Ilmiah
Definisi karangan semi ilmiah antara lain:
v    karangan yang memaparkan aspek khusus iptek dengan menggunakan bahasan umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam.
v    Karangan ilmu pengatahuan yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya.

Tujuan dari karangan semi ilmiah, antara lain:
v    untuk mengkomunikasikan sejarah, penemuan, perkembangan baru, aplikasi, atau juga isu kontroversi iptek, kepada masyarakat awam agar mereka dapat mengikuti perkembangan iptek tersebut.

Sifat karangan semi ilmiah yaitu:
v    pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
v    mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis.
v    menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya

Ciri-ciri karangan semi ilmiah antara lain:
v    fakta obyektif dan disesuaikan dengan masyarakat.
v    menggunakan kata/bahasa yang sederhana.
v    mudah dimengerti.
v    tidak memuat hipotesa.
v    tidak ragu-ragu.
v    dibarengi dengan historis dan kadang-kadang diselingi cerita fiktif.
v    judul mudah ditangkap maksudnya.
v    menghimbau perasaan pembaca seolah-olah mengalami atau melihat sendiri.

Bentuk-bentuk karangan semi ilmiah antara lain banyak terdapat pada rubrik-rubrik atau artikel pada majalah atau surat kabar, dengan maksud memberikan suatu informasi kepada pembaca.

C.             Karangan Non Ilmiah
Definisi karangan non ilmiah antara lain:
v    karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.

Tujuan dari karangan non ilmiah antara lain:
v    mengekspresikan suatu ide, gagasan, atau konsep tulisan yang bersumber dari inspirasi atau imajinasi penulisnya namun tidak terikat dengan aturan formal seperti karangan ilmiah.

Sifat dari karangan non ilmiah antara lain:
v    karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum.
v    bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
v    praktik penulisannya tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting, dan lain-lain.

Ciri-ciri karangan non ilmiah antara lain:
v    EMOTIF : sedikit informasi, kemewahan dan cinta menonjol, melebihkan kebenaran mencari keuntungan, tidak sistematis.
v    PERSUASIF : cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti, bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap dan cara berpikir pembaca.
v    DESKRIPTIF : informatif sebagian imaginatif dan subyektif, nampaknya dapat dipercaya, pendapat pribadi.
v    KRITIK tanpa dukungan bukti : tidak memuat informasi spesifik, berisi bahasan dan kadang-kadang mendalam tanpa bukti, berprasangka menguntungkan atau merugikan, formal tetapi sering dengan bahasa kasar, subyektif dan pribadi.

Bentuk-bentuk karangan non ilmiah antara lain:
v    Cerpen, yaitu suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
v    Dongeng, yaitu suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.
v    Roman, yaitu sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya melukisnya perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
v    Novel, yaitu sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
v    Drama, yaitu suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.

III.            PENUTUP
Dengan penjelasan dan pendalaman dari beberapa bentuk karangan, kiranya dapat memberikan manfaat maupun menambah wawasan pengetahuan terutama mengenai sastra Indonesia, dan yang terpenting adalah dengan terus berkarya, seseorang akan dikenal dan dikenang oleh masyarakat.

Sumber:

http://deadie13.wordpress.com/2010/06/07/karya-ilmiah/